Hanya Isyarat
Untuk kamu yg sedang berbahagia dg ketiga bayimu : Nyingnying..
Kamu tau, anakmu begitu lucu. mereka begitu renta. merangkak di atas jari-jari yg belum kokoh, seperti kamu saat pertama kali datang kesini. kerumahku. aku ingat benar saat itu kamu tidak sendiri. kamu datng bertiga. bersama kembaranmu, dan si abu-abu. tapi dengan maksud yg tak pernah aku tau, ibumu menghilangkan si abu-abu. berbulan-bulan kamu dan kembaranmu barmain disini. menggodaku atau ibuku. bahkan sejak kalian ada, suasana rumah begitu gemuruh. mungkin karna telah lama rumah ini dingin tanpa ada tangis bayi yang mengganggu.
Aku beri nama kamu nyingnying. begitu juga kembaranmu. karna kalian begitu kecil dan amat mirip. tapi ini memang bukan takdir baik, beberapa minggu berikutnya kembaranmu sakit. lalu mati. aku turut berduka saat itu. padahala aku telah berupaya keras memberinya susu dan madu. aku juga menangis malam itu saat aku tau kembaranmu teronggok tak berdaya di bawah rak piring ibuku. aku juga kehilangan. kelincahannya, matanya yang bulat, sikap tidurnya yang mampu membuatku melupakan lelah saat pulang kuliah. aku juga merasakanmu. kesedihanmu.
Tapi kamu begitu kuat. bahkan kamu yg menghibur aku saat itu. seperti sebuah isyarat yang kamu sampaikan lewat tanganmu yang sering menarik-narik tali sepatuku, "jangan bersedih..".
Sejak hari itu aku tau kembaranmu itu sebenarnya tak pernah mati. Tuhan hanya memindahkan tempatnya bermain. karna aku melihatnya dimatamu, di raungmu yang berisik, di langkah kecilmu yang beranjak besar.
Ya, kamu telah menjadi primadona di sini. bahkan ayahku menyukaimu. ini aneh. mungkin kamu ingat ayahku pernah memandikan kamu dg sabun cair saat kamu tercebur di selokan depan rumah. padahal ayahku telah rapi mengenakan pakaian kerjanya. lalu kamu berlari dan bersemunyi di bawah vespa karna kedinginan.
Kamu juga sering mengganggu ku saat aku mengerjakan tugas. lagi-lagi seperti sebuah isyarat saat kamu memaksa duduk di pangkuanku yg sedang duduk di depan komputer. lalu kamu memegang-megang monitor, atau menyolek-nyolek tanganku yang sedang menggerak-gerakkan mouse. andai kamu tau bukan aku tak ingin bermain saat itu, tapi ada hal lain yang benar2 tak bisa aku tinggalkan. seandainya aku mengerti lebih awal bahwa itu adalah hari-hari terakhir kamu punya waktu untuk bercanda..
Beberapa hari kemudian kamu menghilang. lalu saat datang kamu menunjukkan perubahan. aku sadar kamu tak hanya mendewasa, tapi kamu sedang hamil. entah harus sedih atau bahagia. aku tau kehamilanmu itu datang bukan pada waktunya. tapi aku percaya Tuhan begitu tau apa yg terbaik untuk makhluk-Nya. meski kamu terlihat lebih diam, lebih sabar dg tatapmu -yg sekali lagi- penuh isyarat.
Kamu tak bisa lagi kugendong. kamu tak lagi mengajakku bermain. aku sedih kehilang semangatmu yg dulu. tapi selalu kamu beritahu aku bahwa kamu sayang aku. lewat keisenganmu bersembunyi di bawah tumpukkan kertas gulungku, atau caramu membangunkanku dari tidur lelapmu, atau lewat tingkahmu yang suka menyelinap tengah malam di antara kakiku supaya hangat..
Ya, kita memang tak terikat. tapi seperti ada kesepakatan bahwa kita bisa tersambung lewat isyarat.
Seperti saat kamu memintaku membukakan pintu kamar mandi karna kmu sngat ingin pipis, atau memintaku mengambil air di gayung mandi karna kamu kehausan setelah makan. lalu isyarat itu pula yang kubaca hari ini..
Dengan tergesa gesa aku tau kamu tak suka dengan kardus dan kain yg telah jauh2 hari kusiapkan sbg tempat kmu melahirkan. kamu lebih menginginkan laci terbawah pakaian ku yg sudah tak terpakai. kamu memintaku dengan suara dan matamu yang bulat..
15 menit kemudian kamu melahirkan satu bayi yg mungil. bibir dan hidungnya merah. seperti kamu. 20 menit berikutnya dua bayi menyusul. selucu yg pertama. dan aku turut bahagia, meski ada tatap yang kubaca, kamu begitu pasrah..
Seperti saat kamu memintaku membukakan pintu kamar mandi karna kmu sngat ingin pipis, atau memintaku mengambil air di gayung mandi karna kamu kehausan setelah makan. lalu isyarat itu pula yang kubaca hari ini..
Dengan tergesa gesa aku tau kamu tak suka dengan kardus dan kain yg telah jauh2 hari kusiapkan sbg tempat kmu melahirkan. kamu lebih menginginkan laci terbawah pakaian ku yg sudah tak terpakai. kamu memintaku dengan suara dan matamu yang bulat..
15 menit kemudian kamu melahirkan satu bayi yg mungil. bibir dan hidungnya merah. seperti kamu. 20 menit berikutnya dua bayi menyusul. selucu yg pertama. dan aku turut bahagia, meski ada tatap yang kubaca, kamu begitu pasrah..
Komentar
Posting Komentar