Metro File > 1740 : Titik Balik Sejarah Masyarakat Tionghoa di Indonesia
Hari ini nonton metro file,. intinya tentang perjalanan datangnya kaum tionghoa ke indonesia, hubungan mereka dg VOC, bagaimana keadaan indonesia, jakarta pada khususnya di masa itu.. dll. ini catatan kecil dari tayangan itu yang cukup menarik perhatian gue ..
- Jadi, ternyata, Tanah Abang itu dulunya adalah perkebunan gula.. padahal gue kira selama ini kebon karet.. hhh
- Pulogadung itu dulunya bukan bagian dari Jakarta.. gue langsung mikir kalo dulu berarti jakarta tuh sempit. at least sekarang juga udah sempit sih..
- Kaum tionghoa yg datang banyak yang lebih memilih menikahi perempuan2 Bali. selain karena mereka tidak mengharamkan makan babi, perempuan2 Bali di anggap ulet sebagai istri dan berpotensi dijadikan partner bisnis. waw..
- Banyak orang2 dari Cirebon yang di import ke batavia dan dipekerjakan sebagai pembersih kanal yang pada umumnya kanal tersebut dijadikan tempat untuk membuang sampah, kotoran, membuang bangkai, bahkan sarang penyakit disentri. (ampun deh) . jadi setiap jangka waktu tertentu, sekian ratus orang dari cirebon dikirim khusus untuk ngebersihin kanal itu.
- Orang tionghoa kebanyakan daya tahan tubuhnya lebih kuat dalam menghadapi penyakit , termasuk disentri itu sendiri, karena mereka rajin mengkonsumsi TEH! yes! gue juga sering minum teh! yes yes!
- Kejadian hebat yg terjadi masa itu adalah pembantaian yang menewaskan hampir 10.000 orang tionghoa. pembantaian ini juga disebabkan karena salah paham yg terjadi antara kaum tinghoa yg hidup "di luar tembok" kepada kaum tinghoa yg hidup " di dalam tembok," terkait dg perkebunan gula tersebut. pdahal notabennya org2 tionghoa "dalem tembok" gak tau apa2 masalah perkebunan gula itu.. (ckckck...masalah gula doang..)
- Orang-orang yg gak ikut terbunuh dalam pembantaian itu nasibnya gak jauh beda dg yg terbunuh. mereka dipenjara dalam ruangan-ruangan sempit yg ada di museum Fatahilah. sekarang kalo gak salah letaknya di bagian dalem gedung. di situ ada bola-bola besi buat ngiket kaki napi nya supaya gak bisa lari. ruangannya juga gak terlalu gede. bahkan orang dewasa harus menunduk buat bisa masuk kesitu. ada sekitar 500 orang yg dipenjara disitu. bkalo gak salah penjara nya ada 4 apa 6 ruang gitu, berjejer seri. Bayangin, ditempat sesumpek itu napi dipaksa masuk, muat gak muat, harus masuk. pun masalah buang air harus dilakuin ditempat itu juga. .. sumpah gak kebayang gimana sakitnya dibunuh pelan2 dg cara bgitu.. ini gambarnya yg gue googling buat memvisualkan apa yg diceritain di atas..
- Denger2, yang gue tau dari mulut ke mulut ke mulut ke mulut,. ada satu tempat kaya sumur gitu di Musium Fatahilah juga, yg dijadikan salah satu tempat pembunuhan pelan pelan para napi yg dipenjara di situ. sumur nya kecil, berisi air, bagian atasnya ditutup teralis besi. beberapa napi dimasukkan disitu dengan hanya sisa kepala aja yg keliatan. selebihnya terendam aer. mereka direndem disitu (mungkin) sampai tewas. parahnya, dalam keadan sumpek dan lembab itu, mereka di rendem dengan sejumlah Lintah yg siap ngisep darah mereka sepanjang waktu.. astaghfirullahaladzim. ngeri bgt ngebayanginnya. gue ga tau ini terkait dg pembantaian kaum tinghoa juga atau bukan. yg gue tau, cerita itu emang beneran ada. sumurnya juga masih ada ampe sekarang di museum itu. nih gambarnya..
- Sejak terjadi pembantaian itu muncul kawasan-kawasan pecinan di batavia, kaya Petak Sembilan, Pancoran-Glodok, Pasar Pagi, dll.. dan pembantaian yg terjadi di tahun 1740 itu adalah hal yg gak bisa dihapus dari benak masyarakat tionghoa yg tau ttg peristiwa itu ampe sekarang...
Komentar
Posting Komentar