Surat Elektronik Buat Mr. Charming

Belajar dengan pak Indro itu seperti sedang membaca novel ‘Supernova’ karya Dewi Lestari. Bahasa yang digunakan lugas, penuh diksi, tapi tidak menggurui. Selalu penasaran dengan kata-kata baru apa lagi yang akan dikeluarkan. Pada pertemuan pertama PKM saja misalnya, saya merekam diksi baru yang pak Indro keluarkan (meskipun saya memperhatikan ini sejak mata kuliah Penilaian Pembelajaran Seni Rupa), seperti menjahit, mencicipi nuansa, dan secercah cahaya. Senang rasanya punya dosen yang kaya perbendaharaan katanya dan mampu menyindir mahasiswanya dengan cara yang rapi.

Untuk pertemuan pertama PKM (Pembinaan Kompetensi Mengajar) cukup To The Point. Kita harus tau apa, kita harus fokus kemana, minggu depan harus persiapkan apa, dan harus bagaimana. Simpel.

Seperti sebuah brain storming dalam versi berbeda, pertemuan pertama langsung dilakukan uji nyali : presentasi. Sejujurnya saat ditawarkan untuk menjadi sukarelawan presentasi, saya ingin ingin ingin sekali maju, melihat tantangan yang diajukan begitu sederhana : meringkas. Tapi di setiap keadaan seperti ini seolah ada yg selalu bertengkar dalam diri saya. Keyakinan dan ketidak-PD-an. Meskipun pada akhirnya selalu saja grogi yang besar yang memenangkan semuanya.

Ya, pemberani sebagai kompetensi personal saya memang belum matang. Saat melakukan presentasi saya juga kurang memanfaatkan media, dan terlalu cepat berbicara. Semoga kekurangan2 ini menghilang sejalan dengan pengalaman dan pembelajaran yang ditanamkan. Amin.

Yang saya harapkan dari mata kuliah ini adalah apa yang menjadi tujuan mata kuliah ini diadakan, yaitu teaching skills, alias kompetensi mengajar. Dimana keprofesionalitasan seorang calon guru dimatangkan bersamaan dengan kompetensi personal dan sosialnya. Semoga saya berhasil menghadapi ’dunia’ yang sebenarnya.


Sekian dari saya, dan keep cool, sir. Hehe.

Komentar