Its About The Past. Never Mind.

Dear, Tuhan..
Tepatnya, entah sejak kapan ibu menjadi seperti itu. Sore yang indah, tapi menjadi senja terakhir aku melihatnya tersenyum, sebelum seseorang yang dicintainya pergi dan tak kembali, ayahku.
Sejak hari itu, ibu tak lagi bicara padaku. Tak juga pada siapapun. Ibu hanya berbahasa dengan tingkah lakunya yang tak banyak bisa kubaca. Tapi matanya selalu berair, seperti ada sesuatu yang ia bendung dalam tatapnya yang mulai kabur : kerinduan.
Ayahku tak mati, ia pergi. Jauh meninggalkan kami. Tapi itu cukup membuat ibuku menjadi sosok yang tak lagi kukenali. Dia ada disampingku, tapi seperti tak ada.
Dia menangis berminggu-minggu. Di satu ruangan yang aku tak tau apa itu. Tolong Tuhan, jangan buat aku membenci ayahku..
“mengapa ibu menjadi orang lain bagiku?” aku hanya membatin. Menarik nafas panjang yang tak kunjung usai. Diam telah berhasil menginfeksinya. Tulang rusuknya seolah hilang, remuk dimakan kesedihan.
Andai ayah tau bagaimana ibu menunggu…
Bahkan ayah pergi disaat ibu terjatuh. Rasanya ingin mencari ayah. Ingin sekali. Tapi langkahku terlalu kecil untuk menggapai rentang yang entah kapan akan ku sampai.
Kembalilah..
Sekedar untuk membohongi ibuku jika memang tak ada lagi cinta itu..
Buat ayahku pulang, Tuhan.. untuk membuat ibu kembali tersenyum dan menatapku. Sebentar saja, karna besok ulang tahunku..

Dari aku yg juga merindukannya seperti ibu : Fara Bhakti Fachryan
 
  
#cerpen 


Komentar