28 Mei 2012.

“Dengan kotak sejuta mimpi, aku datang menghampirimu
Kuperlihatkan semua hartaku...”

Hari itu. Rasanya aneh bukan? Kita seperti tak ada beda. Kita sama-sama ingin menutup senin –yang paling kita benci- dengan upaya sebaik-baiknya. Hari itu, kita bukanlah kita yang biasanya.

Aku terkejut, dan mungkin kamu juga, ada yang bukan bagian dari kita merasuk yang bisa dengan terbuka kita terima. Sejatinya setiap hari hati dan tangan kita yang bekerja, tapi kali ini tidak. Seluruh anatomi kita dipacu berkarya.

Tiba-tiba kamu menjadi kijang, dia menjadi sepasang mempelai, mereka menjadi mantri pulau seberang dan peran-peran lain yang sangat antusias kita bawakan. Lalu kita dihadapkan pada lipstick, bulu mata palsu, taburan bedak yang sedikitpun tak pernah kita sentuh sebelumnya.

Pada hari ‘istimewa’ itu benda-benda asing itu..melekat erat di rupa kita.

Musik pengiring, tembakan cahaya, pakaian panggung yang luar biasa, gerak tari yang kita latih nyaris berdarah-darah...
Lelah itu sirna.

Saat tangan kita serempak melambung di tengah panggung. Suara kita gempita mengudara. Peluk bangga menyeruak ditengah sorai kita yang mendadak ceria. Kita selayaknya budak-budak yang merdeka..


“..merdeka kita, kita merdeka....”

Komentar