Rindu Kencan


Mengapa kita kencan? Mungkin karena ada kata yang tak habis setiap hari tentang malam yg menutup kita dengan tidur panjang. Mungkin karena lampion2 merah cabai yang menghipnotis kita untuk menuturkan apa saja di pinggir jalan itu. Mungkin juga karena kamu atau aku adalah tempat dari masing-masing kita menitipkan kenangan di akhir Minggu. 

Dan kita terlalu betah disini, untuk menunggu sedikit malam menjadi semakin malam.

Dibalik kaca bernuansa tionghoa, diantara keroncong dan benderang oranye mengguyur bayangbayang yg mengawang. Kita yg mengeja takdir, lalu kamu percaya dan mendengarkan. Kita yg menyeruput dua sampai 3 kopi susu bergantian. Dan tanpa janji kita bisa melekat lagi.

Dibawah suara suara penuh mimpi, dimasa masa yg kita aliri. Semerbak yakin dan khawatir teraduk diantara ampas kopi yg tersaring. Lalu tentang orang orang yg menggantungkan harapan pada tiap tiap hati kita; perempuan-perempuan penunggu malam.

Mengapa kita –kembali- kencan? Mungkin karena semacam rindu menjelma candu dalam menu yang tak pernah kita temukan di restoran-restoran pinggiran, yg membuat kita kembali datang.

Komentar