Abdullah Akmal Kaafi.
Hari itu aku mendengarmu, berjuang memisahkan nyawa dari dalam nyawa.
Kemudian kau dijelma menjadi darah dan daging yang bernafas dalam satu raga.
Ratusan hari penantian terseka dengan kejapan air yang mengalir dari tiap mata ke mata.
Untaian rapal kata yang berdesir dalam tunduk seorang ibu tua ; doa (yang tak putus-putusnya).
Yang membiarkan kebahagiannya menetes satu persatu di lorong dingin tengah pagi buta.
Tapi menjadi takdir baik, untuk sepasang cinta ; seorang keturunan.
Selamat berkenalan dengan dunia, ponakan pertamaku.
Jadilah hamba-Nya yang sempurna, seperti apa yang disiratkan dua pemelihara raga dalam namamu, ayah dan ibu..
:')
Kemudian kau dijelma menjadi darah dan daging yang bernafas dalam satu raga.
Ratusan hari penantian terseka dengan kejapan air yang mengalir dari tiap mata ke mata.
Untaian rapal kata yang berdesir dalam tunduk seorang ibu tua ; doa (yang tak putus-putusnya).
Yang membiarkan kebahagiannya menetes satu persatu di lorong dingin tengah pagi buta.
Tapi menjadi takdir baik, untuk sepasang cinta ; seorang keturunan.
Selamat berkenalan dengan dunia, ponakan pertamaku.
Jadilah hamba-Nya yang sempurna, seperti apa yang disiratkan dua pemelihara raga dalam namamu, ayah dan ibu..
:')
pertemuan pertama. |
Komentar
Posting Komentar