Di Antara Gerbang dan Kerikil Tajam
Kepada Para Penjaga Palang Kereta:
Sebab apa engkau bertahan pada bising yang memekakkan genderang telinga?
Saat usia-usia dipasrahkan jatuh pada besi tua yang semakin tak terlihat ujung takdirnya.
Sedang peluh dan keluh engkau,
Hanya boleh didengar oleh polusi dan egoisme pengendara.
Terimakasih karena telah menjaga pejammu dari malam yang begitu menggoda.
Dari angin yang tak permisi merasuk, mematikan pembuluh nadi dan aorta.
Terimakasih karena telah bersedia menjadi penolong
ribuan -atau bahkan jutaan- nyawa. Karena kuat engkau,
jembatan bagi mereka dan keluarga untuk kembali bertatap mata.
Karena mungkin engkaupun sudah mulai lupa
sesiapa saja anak-cucumu yang menunggu engkau di rumah.
(Stasiun Pasar Senen. 21:30)
Sebab apa engkau bertahan pada bising yang memekakkan genderang telinga?
Saat usia-usia dipasrahkan jatuh pada besi tua yang semakin tak terlihat ujung takdirnya.
Sedang peluh dan keluh engkau,
Hanya boleh didengar oleh polusi dan egoisme pengendara.
Terimakasih karena telah menjaga pejammu dari malam yang begitu menggoda.
Dari angin yang tak permisi merasuk, mematikan pembuluh nadi dan aorta.
Terimakasih karena telah bersedia menjadi penolong
ribuan -atau bahkan jutaan- nyawa. Karena kuat engkau,
jembatan bagi mereka dan keluarga untuk kembali bertatap mata.
Karena mungkin engkaupun sudah mulai lupa
sesiapa saja anak-cucumu yang menunggu engkau di rumah.
(Stasiun Pasar Senen. 21:30)
Komentar
Posting Komentar