Perempuan Langit

: untuk sahabat kecil

Aku menunggumu pagi itu dalam rebah
Pada dasar yang tak menjauhkan kita dari rasa tabah.
Aku, kamu, meja, dan kursi yang menemani tanpa menghakimi
Di antara kaki-kaki kayu yang menyelipkan haru
Kita tak percaya telah melesati puluhan tahun cahaya, bersama.

Dan sayapmu telah lebih dahulu sampai
Pada satu hari saat semua kegelisahan tergadai.
Sedang aku masih saja terjejak merana tak berdaya
Melafazkan lusinan doa agar bisa menyusulmu ke sana
Berharap udara membawa getaran kata-kata yang kita ucap
Ke tempat yang lebih tinggi dari langit-langit putih yang kita tatap

Bahu dan telinga kita telah sejajar.
Memasrahkan lantai yang dingin mencerap sepasang airmata
yang tak terdengar.

Lalu kita sepakat bahwa hidup ini nyatanya tak jauh beda
dengan aurora: Berputar indah tapi terpecah.
Menyimpan warna yang tak pernah kita duga,
pun lengkap dengan pilu yang luar biasa..


Tangerang, 2014.

Komentar