Tentang Umrah.
Pertama kalinya naik pesawat. Bersyukur
pilotnya muslim yang taat. Kami berdoa menempuh safar bersama agar selamat. Pertama
kalinya ke luar negeri: Saudi. Sembilan jam berada belasan ribu kaki di atas
bumi. Pertama kalinya terpesona pada pandangan pertama dengan dua bangunan
termegah di dunia: Nabawi dan Ka’bah. Maha Suci Allah dengan segala KeindahanNya.
Pertama kalinya sholat dengan shof yang rapat dan rapi. Betapa tenggang rasa
begitu tegak di atas rentetan sajadah kami. Pertama kalinya merasakan langsung
bahwa Islam adalah agama yang teramat besar di dunia ini. Dipertemukan dengan
para muslimah dari seluruh penjuru negeri: Malaysia, Mongolia, India, Inggris, Cina,
Tunisia, Nigeria, Pakistan, Turki, Perancis, negara-negara Jazirah Arab, dan
negara lain yang ketika kudengar, tak kupahami bahasanya, tapi kita mengaminkan
satu doa di waktu yang sama. Allah Maha Besar dengan Segala KeperkasaanNya. Pertama
kalinya merasakan sholat Jumat, di dua tempat tersuci. Pertama kalinya meruntuhkan
segala nafsu dan ego diri. Menahan diri tak menyentuh Ka’bah saat berihram,
menahan diri tak ikut menyentuh maqam Ibrahim saat Tawaf, tak mengingkari apa
yang sudah diaturkan. Pertama kalinya melihat anak-anak kecil yang wajahnya
begitu bahagia membuka Al-quran menunggu Adzan. Aku terharu, dan -tentu saja- malu.
Pertama kalinya merasakan keberkahan hujan, di atas masuknya musim panas di
Madinah, dan teriknya matahari di langit Mekkah. Pertama kalinya menyaksikan
langsung orang-orang berlomba-lomba dalam bersedekah: anak kecil berkulit hitam yang
mengelilingi shof membawa teko berisi teh harum dan tumpukan gelas, perempuan
arab yang membawa sekardus permen, lelaki asing yang membawa sekantung roti
isi, perempuan melayu yang membawa sekotak kurma. Untuk dibagikan sebelum atau
sesudah sholat berjama’ah. Berbeda-beda. Setiap hari. Tertegun, bahwa apa yang
sudah aku berikan sebagai amal belum lah maksimal.
Terimakasih banyak Allah..
Perjalanan luar biasa ini
mengajarkanku amat banyak hal.
Komentar
Posting Komentar