Kelangan.
Untuk Pak Win.
Seorang suami yang ditinggal mati sang istri..
Aku ingin pulang ke dalam matamu
yang sendu, tapi tak ada jalan..
Dingin di sini.
Hujan terus mengguyur dan
menjadi penjahat paling sakti
yang membawa ketabahanmu
mampir dalam ilusiku setiap hari.
Sekejap hujan juga
menjadi pendengar paling setia
yang tak menyanggahku lewat kata,
tapi menggemuruh seperti tanda..
Terkadang aku lupa
cinta itu bagaimana..
Mungkin seperti keyakinan anak kita
yang masih bertanya kenapa kamu tak sembuh juga,
tapi malah tiada..
Mungkin juga seperti senyum yang kamu sunggingkan
meski ternyata ada sakit yang tak tertahan..
Atau mungkin juga seperti keheningan,
yang menemanimu pergi,
jauh mendahului..
Yogya 2016.
Seorang suami yang ditinggal mati sang istri..
Aku ingin pulang ke dalam matamu
yang sendu, tapi tak ada jalan..
Dingin di sini.
Hujan terus mengguyur dan
menjadi penjahat paling sakti
yang membawa ketabahanmu
mampir dalam ilusiku setiap hari.
Sekejap hujan juga
menjadi pendengar paling setia
yang tak menyanggahku lewat kata,
tapi menggemuruh seperti tanda..
Terkadang aku lupa
cinta itu bagaimana..
Mungkin seperti keyakinan anak kita
yang masih bertanya kenapa kamu tak sembuh juga,
tapi malah tiada..
Mungkin juga seperti senyum yang kamu sunggingkan
meski ternyata ada sakit yang tak tertahan..
Atau mungkin juga seperti keheningan,
yang menemanimu pergi,
jauh mendahului..
Yogya 2016.
--
Pak Win adalah Bapak yang akan menyewakan rumahnya untuk kutempati kelak. Istrinya meninggal dunia karena kanker serviks 8 tahun lalu, saat anak pertama mereka masih duduk di kelas 3 SD, dan anak kedua mereka menginjak TK. Beliau menceritakan detil demi detil tentang penyakit yang menggerogoti istrinya hingga tiada. matanya menerawang dalam hujan, seperti rindu, bahasanya terbata, sesekali tersenyum kala menggali memori. yang kutangkap, cintanya masih tertata rapi, tapi takdir mengakhiri.
Komentar
Posting Komentar