Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Menghibur Diri.

"bu, saya lebih milih ujian gambar model dua kali daripada harus mengajar di hari pertama.. grogi abissss!! hahaha.."    -Ungkapan saya kpd guru pamong Seni Rupa 10 menit setelah mengajar Seni Rupa di kelas XII. Kemudian beliau tertawa. Saya dan beliau mengobrol berdua di tepi koridor kelas. Mengisi waktu. Menghibur diri ditengah grogi yg belum habis sisa di kelas. Anak-anak yg saya 'pegang' itu luar biasa. Belum dewasa, tapi belum sepenuhnya beranjak dari remaja. Jujur, saya masih linglung menghadapi mereka. Tapi tak apalah, saya dan mereka sama2 tengah berproses: Belajar bersama. Materi saya hari itu tentang seni rupa kontemporer Indonesia. Sedih saya, mereka tak banyak tahu, tapi disitu mungkin memang seharusnya saya ada. Memberitahu mereka.  Mereka tertarik, tapi pesimis. Mereka belum kritis. Mungkin ini yg dinamakan pendidikan. Sebuah usaha sadar untuk merubah perilaku seseorang. Mungkin, ini yg dibilang bahwa pendidikan adalah sebuah paksaan.. Bahwa hari i...

MyLevitation'sToday : Walking.

Gambar

My First Levitation

Gambar
 

28 Mei 2012.

“Dengan kotak sejuta mimpi, aku datang menghampirimu Kuperlihatkan semua hartaku...” Hari itu. Rasanya aneh bukan? Kita seperti tak ada beda. Kita sama-sama ingin menutup senin – yang paling kita benci- dengan upaya sebaik-baiknya. Hari itu, kita bukanlah kita yang biasanya. Aku terkejut, dan mungkin kamu juga, ada yang bukan bagian dari kita merasuk yang bisa dengan terbuka kita terima. Sejatinya setiap hari hati dan tangan kita yang bekerja, tapi kali ini tidak. Seluruh anatomi kita dipacu berkarya. Tiba-tiba kamu menjadi kijang, dia menjadi sepasang mempelai, mereka menjadi mantri pulau seberang dan peran-peran lain yang sangat antusias kita bawakan. Lalu kita dihadapkan pada lipstick, bulu mata palsu, taburan bedak yang sedikitpun tak pernah kita sentuh sebelumnya. Pada hari ‘istimewa’ itu benda-benda asing itu..melekat erat di rupa kita. Musik pengiring, tembakan cahaya, pakaian panggung yang luar biasa, gerak tari yang kita latih nyaris berdarah-darah... Lelah itu sirna. ...

Tentang tentang.

Ini pertama kalinya aku merasa gamang. Sendiri nyatanya tak juga memberi aku jaminan untuk duduk tenang. Entah untuk siapa lagi rasa ini kukemas. Sedang dua per tiga diantara malam kadang aku merasa cemas. Apa yang lebih sesat dari rindu yang salah alamat? Sedang kita tak mengerti untuk siapa kita berdiri. Kita terlalu rela untuk dijadikan ganda. Untuk dipilih pada baris ketiga. Ini bukan lagi tentang malam atau kita yang yang terpejam. Bukan tentang khayal yang menjelma bual. Ini mungkin tentang aku, tentang rindu, tentang tentang yang bertententang.

@Kopitiam Oey Tamrin City

Gambar
Recommended! :D Just wanna share my new culinary experience with my bebeh : Emma. Kopitiam Oey Tamrin City. Tempatnya kentel sama unsur tionghoa, tp lumayan cozy, apalagi di serambi depan toko ini dengan meja dan kursi kayu berukuran besar, plus bonus view lampu-lampu apartemen di Jakarta Pusat. Tempat biasa gue dan dia sharing cerita. It feel like home, you know..? hehe :) Sisipan keterangan di sudut lembar menu. Menarik. Milo Dinosaurus. Ini asli enak. Susu milo dingin dengan ukuran big, ditaburin banyak milo lagi diatasnya dan ditutup dengan sejenis krim putih (bukan es krim yaa) trus dilumurin sama sirup stoberry. harganya cuma 20ribu rupiah. : 9 Yang ini juga enak bgt. Rotii Soesoe Kedjoe (coklat). sebenernya varian rasanya bisa milih, coklat, strobery apa srikaya. tapi gue pilih coklat. tapi rasanya bukan kaya coklat yg biasa. Harganya 16ribu, ngenyangin asli! patut dicoba. Disebelahnya ada Kopi Soesoe (dingin). Penyajian kopi ini lucu bgt. Saringan kopi diikuts...

Rindu Kencan

Mengapa kita kencan? Mungkin karena ada kata yang tak habis setiap hari tentang malam yg menutup kita dengan tidur panjang. Mungkin karena lampion2 merah cabai yang menghipnotis kita untuk menuturkan apa saja di pinggir jalan itu. Mungkin juga karena kamu atau aku adalah tempat dari masing-masing kita menitipkan kenangan di akhir Minggu.  Dan kita terlalu betah disini, untuk menunggu sedikit malam menjadi semakin malam. Dibalik kaca bernuansa tionghoa, diantara keroncong dan benderang oranye mengguyur bayangbayang yg mengawang. Kita yg mengeja takdir, lalu kamu percaya dan mendengarkan. Kita yg menyeruput dua sampai 3 kopi susu bergantian. Dan tanpa janji kita bisa melekat lagi. Dibawah suara suara penuh mimpi, dimasa masa yg kita aliri. Semerbak yakin dan khawatir teraduk diantara ampas kopi yg tersaring. Lalu tentang orang orang yg menggantungkan harapan pada tiap tiap hati kita; perempuan-perempuan penunggu malam. Mengapa kita –kembali- kencan? Mungkin karena semacam rin...